Minggu, 10 Juni 2012

Adat Mangkok Merah dan Pamabakng

Adat Mangkok Merah dan Pamabakng

“Adat Mangkok Merah dan Pamabakng” adalah sebuah judul yang sengaja diangkat dari permukaan, karena adat mangkok merah dan pamabakng telah di kenal oleh masyarakat luas diluar etnis Dayak terutama dalam gerakan meyeluruh masayarakat Dayak takala penumpasan gerakan Paraku G-30-S PKI di Kalimantan Barat pada tahun 1967. Demikian pula adat Pamabakng yang cukup dikenal karena telah beberapa kali diberlakukan terutama dalam upaya perdamayan akibat kerusuhan etnis yang terjadi di Kalimantan Barat dan tragedy berdarah di markas Armet Nagabang beberapa tahun yang lalu. Walupun Adat ini sudah cukup dikenal dikalangan masyarakat luas, namun adat ini perlu diangkat dalam suatu tulisan demi untuk persamaan presepsi tentang adat itu karena selama ini mungkin terdapat perbedaan presepsi dikalangan masayarakat luas bahkan dikalangan masayarakat Dayak sendiri.

Kedua jenis adat ini mempunyai keunikan tersendiri ibarat dua sisi yang bersebaranagan namaun mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Mangkok Merah adalah adat yang bersifat sakral dan memaksa untuk mengarahkan masa demi tujuan tertentu sementara pamabakng adalah adat yang bersipat sakral yang harus dipatuhi dalam upaya perdamaian akibat adanya suatu komplik berdarah.

Dengan demikian selain bersebrangan dan mempunyai keterkaitan yang sangat erat, kedua adat ini fungsinya seolah-olah bertentangan. Terlepas dari pendapat pro dan kontra secara esensi adat ini perlu dipertahankan dan di lesatarikan, namun apakah ia masih tetap dipertahankan dan dilestarikan, namun apakah ia masih tetap ditaati dan di patuhi terutama di era globalisasi yang serba moderen ini.

ADAT MANGKOK MERAH
Berdasarkan jenis alat peraganya, pada mulanya adat ini bernama mangkok jaranang. Jaranang adalah sejenis tanaman akar yang mempunyai getah berwrana merah. Getah akar jaranang ini di pergunakan sebagai penganti warna cat merah karena pada waktu itu orang belum mengenal cat. Akar jaranang yang berwarna merah ini dioleskan pada dasar mangkuk bagian dalam.

Oleh karena itu ia disebut mangkok merah. Pada jaman dahulu apabila dalam suatu kasus pihak pelaku tidak bersedia di selesaikan secara adat maka pihak ahli waris korban yang merasa dihina dan dilecehkan kehormatan, harkat dan martabatnya atas kesepakatan dan musyawarah ahli waris segera melakukan aksi belas dendam melalui pengerah masa secara adat yang disebut adat mangkok merah. Kasus tersebut biasanya mangkuk menyangkut kasus parakng- bunuh ataupun kasus pelecehan seksual dan lain sebagainya yang sifatnya mengarah kepada pelecehan dan penghinaan terhadap ahli waris.

Alat Peraga dan Maknanya
Alat paraga mangkok merah terdiri dari :
• Sebuah mangkuk sebagi tempat/sarana untuk meletakkan alat paraga lainnya.
• Dasar mangkuk bagian dalam dioles dengan getah jaranang berwarna merah yang mengandung pengertian “ Pertumpahan darah “.
• Bulu/sayap ayam yang mengandung pengertian “ Cepat “, segera, kilat, seperti terbang”.
• Tabur atap daun ( ujung atap yang terbuat dari daun rumbia) mengandung pengertian bahwa yang membawa berita itu tidak boleh terhambat oleh hujan karena ada terinak ( payung ).
• Longkot api ( bara kayu api baker yang sudah di pakai untuk memasak di dapur ) yang mempunyai pengertian bahwa yang membawa berita tidak boleh terhambat oleh petang/gelap malam hari, karena sudah disedikan penerangan api colok dsb.
Alat para mangkok merah dikemas dalam mangkok yang telah diberi warna merah jaranang kemudian di bungkus dengan kain. Beberapa orang yang di tunjuk utnuk menyampaikan berita sekaligus mengajak seluruh jajaran ahli waris itu sebelumnya di berikan arahan mengenai maksud dan tujuan mangkok merah itu, siapa saja yang harus ditemui, kapan berkumpul, tempat berkumpul dan lain sebagainya. Tentu saja mereka yang membawa berita mangkok merah tersebut tidak boleh menginap bahkan singah terlalu lamapun tidak boleh. Walau hujan lebat dan petang gelap sekalipun mereka harus meneruskan perjalanannya.

Seperti yang diuraikan dalam pendahuluan, bahwa yang melatar belakangi terjadinya adat mangkok merah itu karena akibat adanya suatu yang tidak mau diselasaikan secara adat oleh pelakunya sehingga dianggap telah menghina dan melecahkan harkat dan martabat ahli waris korban. Damai kehormatan,harakat dan maratabat ahli waris sehingga mereka mengadakan upaya pembalasan dengan mengumpulkan ahli waris melalui adat mangkok merah. Misalnya seorang yang mati terbunuh apabila dalam waktu 24 jam tidak ada tanda-tanda upaya penyelesaian secara adat maka pihak ahli waris korban segera menyikapinya dengan suatu upaya pembelasan, karena perbuatan sipelaku di anggap telah menentang pihak ahli waris korban dan ia pantas dihajar sebagai binatang karena tidak beradat. Selanjutnya digelarlah adat mangkok mereah seperti yang telah di jelaskan di atas.

Sebagai mana di jelaskan di atas bahwa gerakan mangkok merah muncul untuk membela kehormatan, harkat dan martabat ahli waris yang telah dihina dan dilecehkan. Dengan demikian tentu saja gerakan ini menjadi tangung jawab ahli waris. Menurut masyarakat adat Dayak Kanayatn susunan/turunan page waris samdiatn itu dapat digambarkan menurut garis lurus yaitu :
1. Saudara Sekandung ( tatak pusat ) disebut samadiatn.
2. Sepupu satu kali ( sakadiritan ) di sebut kamar kapala.
3. Sepupu dua kali ( dua madi’ ene’ ) di sebut waris.
4. Sepupu tiga kali ( dua madi’ ene’ saket ) di sebut waris.
5. Sepupu empat kali ( saket ) di sebut waris.
6. Sepupu lima kali ( duduk dantar ) di sebut waris.
7. Sepupu enam kali ( dantar ) di sebut waris.
8. Sepupu tujuh kali ( dantar page ) di sebut waris.
9. Sepupu delepan kali ( page ) masih tergolong waris.
10. Sepupu sembilan kali, dah baurangan tidak tergolong waris.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa yang mulai disebut waris adalah pada turunan sepupu tiga kali atau dua madi’ene’, sehinga mereka yang termasuk dalam turunan ini di anggap sebagai kepala waris atau waris kuat. Merekalah yang berhak memimpin gerakan ini sifatnya mangkok mereah.
Sebagai mana telah di jelaskan dalam pendahuluan maka sifat-sifat yang terkandung didalam adat mengkok merah tersebut adalah :
1. Seluruh acara pelaksanaan adat mangkok merah dari mulai bermusyawarah/mufakat hinga pemberangkatan bala, sarat prilaku-prilaku mistik relegius, oleh karena itu adat bersifat sakral.
2. Pihak ahli waris yang dituju atau yang menerima berita mengkok merah demi menjunjung tinggi harkat dan martabat serta kehormatan ahli waris mereka harus ikut. Apabila mereka tidak ikut, mereka dapat dicap sebagai pengecut dan tidak menaruh rasa malu. Dengan demikaian mereka terpaksa harus ikut. Jadi dalam adat mangkok merah terdapat sifat mengikat atau memaksa.

Menelusuri proses pelaksanaan adat mangkok mereah, ternyata bahwa pelkasanan dan penangung jawab adat mengkok merah adalah selauruh jajaran ahli waris korban di pimpin oleh ahli waris dua madi’ ene’ sebagai kepala waris. Sedangkan sasarannya adalah pihak pelaku yang tidak bersedia membayar hukuman adat senhinga di anggap telah melecahkan dan menghina pihak ahli waris korban. Apabila bala telah bernagkat menuju sasaran hampir tidak ada alternatif lain untuk pencegahan, kecuali dengan upaya adat dimana pihak pelaku harus memasang adat pamabang.

ADAT PAMABAKNG
Sebagai mana telah diuraikan diatas bahwa adat mangkok merah dan adat pamabang ibarat dua sisi yang berseberangan dan mengandung makna yang bertentangan namun keduanya mempunyai keterikatan yang sangat erat. Telah diuraikan pula pelaksanaan adat mangkok merah mempunyai dampak yang sangat negatif, akan tetapi sebagai alat ia sangat tergantung kepada pemakaiyannya. Dengan demikian ia dapat pula berdampak positif, misalnya penggunaan adat mangkok merah pada saat pemumpasan paraku G-30-S PKI di Kalimantan Barat pada tahun 1967.

Alat Peraga
Sementara itu adat pamabankng mempunyai dampat yang sangat positip mengupayakan penyelasaian komplik sejarah damai. Bala yang akan menyerag setelah mengadakan pengerahan masa melalaui adat mangkok merah. Harus cepat di antisipasi oleh pengurus adat , dalam hal ini temenggung dibantu oleh pasirah dan pangaraga. Mereka harus segera memeberi tahu sekaligus memerintahkan kepada ahli waris di bantu oleh msayarkat kampung untuk memasang adat pamabakng, dengan alat paraganya sebagai berikut :
- 1 buah tempayan jampa diletakkan di atas jarungkakng banbu kuning ditutup pahar dengan posisi telungkup.
- Kemudian ada pelantar di taruh di atas talam lengkap dengan topokng ( tempat sirih ) dan beras beserta alat-alat palantar lainnya lengkap dengan ayam 1 ekor sedapatnya berwarna putih, tidak berwarna merah.
- 1 buah bendera berwarana putih yang dipasang di dekat tampayan jampa.
- Kemudian di dekat tempayan jampa harus ada papangokng ( penggung kecil dari kayu ) untuk meletakkan palantar.
- Disekitar pamabang terhampar bide untuk tempat duduk dan bermusyawarah dengan bala yang akan datang.
- Tempayan jamba melambangkan tubuh korban jika terjadi pada kasus pembunauhan, dan sebagai tanda pengakuan adat bagi pelaku.
- Ayam putih dan bendera putih sebagai simbol perdamaian.
- Beras banyu sebagai simbol perampunan sekaligus untuk menenangkan hati yang sedang dilanda emosi.
- Topokng tempat sirih dipergunakan untuk menyapa bala yang datang.
Pamabankng harus ditunggu oleh temenggung dan jika temenggung tidak ada/berhalangan, pamabakng di tunggu oleh pasirah atau oleh tua-tua adat yang dianggap mengerti tentang adat. Selain mengerti tentang adat orang yang menunggu pemabankng haruslah orang yang bijaksana dan biasanya pula harus orang yang punya ilmu dalam mengatasi kasus seperti itu misalnya mantra dan jampi-jampi yang di sebut sanga bunuh, bungkam, kata gampang, pelembut hati seperti pangasih dan lain-lain masksudnya agar saran serta naseihat dsb. Dapat dipakai oleh pihak bala yang sedang emosi.
Apa bila keadaan yang sangat gawat dan rawan, pamabankng dapat di pasang lebih dari satu yaitu dipersimpangan jalan masuk dan di ujung pante ( pelataran ). Maksudnya adalah apabila pamabakng yang satu tetap dilangar, masih adalagi pamabnag lain yang terakhir. Pamabakng yang terakhir ini merupakan pertahanan terakhir sehinga apabila pamabang terakhir inipun di langar maka tidak ada alternatif lain selain harus mengadakan perlawanan dan perang kelompok ahli warispun tidak dapat terelakan. Perbuatan ini dapat menyebabkan ririkngnya adat raga nyawa, artinya adat raganyawa tidak dibayar. Namun sepanjang sejarah perjalanan adat hal seperti ini tidak pernah terjadi. Pada saat bala tiba di tempat pamabang, segera penunggu pamabakng menyapanya dengan topokng sekaligus di persilakan duduk. Ia mulai membentakangkan arti dan makana pamabakng bahwa pihak pelaku mengaku bersalah dan bersedia menyelasaikannya secara hukum adat. Biasanya setelah mendengar penjelasan itu pihak bala melampisan emosinya dengan menikamkan senjatnya ketanah di sertai dengan tangisan karena hatinya kesal tidak mendapat perlawanan.
Maka yang paling penting dari adat pamabakng ini adalah :
1. Jika pamabakng tidak di pasang, dapat diartikan :
a. Bahwa pihak pelaku menetang pihak ahli waris korban untuk berkelahi atau perang antar kelompok ahli waris.
b. Pihak pelaku tidak mau sama sekalai membayar adat.
c. Pengurus adat seolah-olah membiarkan dan malahan menghasut kedua belah pihak untuk saling menyerang.
2. Jika pamabakng sudah terpasang dapat di artikan :
a. Kasus tersebut sudah di tangan pengurus adat
b. Pihak pelaku sudah mengakui kesalahannya dan besedia membayar hukuman adat.
Adat pamabakng adalah adat bahoatn artinya hanya untuk dipajang bukan untuk di bayarkan. Setelah bala datang mereka harus di bore baras banyu dan selanjutnya dilakukan persembanhan kepada jubata. Pamabakng teteap terpasang selama adat belum diselesaikan dan paling lama selama 3 hari.

Sumber: http://yohanessupriyadi.blogspot.com/

Sabtu, 09 Juni 2012

Dokumentasi GERDAYAK GPDI JAKARTA

 Dokumentasi : Pertemuan Deputi Pemuda Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) Bapak Yansen Binti, Leonardo Panyat, Damus Darusman, Bonny Bulang, Alfred DEMEKO dan Leo Gagak.
 Dokumentasi : Pertemuan Deputi Pemuda Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) Bapak Yansen Binti, Leonardo Panyat, Damus Darusman, Bonny Bulang, Alfred DEMEKO dan Leo Gagak.
 Dokumentasi : Pertemuan Deputi Pemuda Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) Bapak Yansen Binti, Leonardo Panyat, Damus Darusman, Bonny Bulang, Alfred DEMEKO dan Leo Gagak.
 Dokumentasi : Pertemuan Deputi Pemuda Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) Bapak Yansen Binti, Leonardo Panyat, Damus Darusman, Bonny Bulang, Alfred DEMEKO dan Leo Gagak.
 Dokumentasi : Pertemuan Deputi Pemuda Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) Bapak Yansen Binti, Leonardo Panyat, Damus Darusman, Bonny Bulang, Alfred DEMEKO dan Leo Gagak.
 Dokumentasi : Pertemuan Deputi Pemuda Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) Bapak Yansen Binti, Leonardo Panyat, Damus Darusman, Bonny Bulang, Alfred DEMEKO dan Leo Gagak.
 Dokumentasi : Gawai kecil-kecil di Asrama Kalbar di Jakarta Bersama Teman-teman Dayak
 Dokumentasi : Pertemuan di Balikpapan Bersama Bang Alex Ketapang,Leonardo Panyat dan Bonny Bulang di Restaurant Shang-Hai Balikpapan.
 Dokumentasi : RAKERNAS MADN di Samarinda Hotel Senyiur, sebelah kanan (baju merah) Ketua Umum DAD DKI Jakarta Bapak Ahmadi Walas.
Dokumentasi : RAKERNAS MADN di Samarinda Hotel Senyiur, Leonardo Panyat, Bonny Bulang dan Teman Dayak Kenyah Samarinda.
 Dokumentasi : RAKERNAS MADN di Samarinda Hotel Senyiur.
 Dokumentasi : RAKERNAS MADN di Samarinda Hotel Senyiur,

Jumat, 08 Juni 2012

SUKU SUKU DI KALIMANTAN


 
SUKU SUKU DI KALIMANTAN




SUKU DAYAK DALAM ENAM RUMPUN YANG DISEBUT “ STAMMENRAS”
1.       STAMMENRAS            : KENYA KAYAN BAHAU
2.       STAMMENRAS            : OT DANUM
3.       STAMMENRAS            : IBAN
4.       STAMMENRAS            : MOEROET
5.       STAMMENRAS            : KLEMANTAN
6.       STAMMENRAS            : POENAN
Menurut W. Stohr dengan suatu atau penggolngan rumpun suku kesejajaran atau kekeluargaan Ritus Kematian. Ia memberikan tiga penggolongan :OT Danum yang meliputi :
a.       OT – NGAJU
b.       MAANYAN – LAWANGAN
1.       MOEROET yang meliputi : DUSUN MURUT – KELABIT
2.       KLEMANTAN yang meliputi :
a.       Kelemantan
b.       Land – Dayak




I.                    SUKU – SUKU   INDUK  TERBAGI TUJUH GUGUSAN :
1.       Daya Ngaju yang terbagi empat suku kecil atau anak suku dan terbagi lagi Sembilan suku kekeluargaan.
2.       Daya APU KAYAN terbagi tiga suku kecil, terbagi lagi tiga dan terbagi lagi enam puluh suku kekeluargaan.
3.       Daya I B A N terbagi sebelas suku kecil.
4.       Daya KLEMANTAN atau Daya DARAT terbagi dua suku kecil / anak dan terbagi delapan puluh tujuh kekeluargaan.
KETERANGAN : Dayak Klemantan terdapat empat puluh suku kecil dan Daya Ketungau terdapat lagi empat puluh suku kecil.
5.                   Daya MURUT terbagi tiga suku kecil dan terbagi empat puluh empat suku kekeluargaan.
6.                   Daya PUNAN terbagi lima puluh dua suku kecil dalam empat daerah.
7.                   Daya D A N U N terbagi enam puluh satu suku kecil.

untuk lebih terperinci, lihatlah uraian dibawah ini
1.       DAYA NGAJU :
A.      Daya suku Ngaju.
B.      Daya suku MAANYAN
C.     Daya suku LAWANGAN
D.     Daya suku DUSUN

A.      Daya NGAJU terbagi lima puluh tiga suku kecil sebagai berikut :
1.       suku Baradia
2.       suku Barahayan
3.       suku Baranarai / Barune
4.       suku Bara Nio
5.       suku Bara Nyet
6.       suku Bara Urik
7.       suku Ole Mentaya
8.       suku Ole Katingan
9.       suku Tamuan
10.   suku Seruyan
11.   suku Mentabi
12.   suku Baraki/Bakumpai
13.   suku Bara Raden/ Ole Mangkatip
14.   suku Kahayan
15.   suku Meratus
16.   suku Barangas
17.   suku Bara Je
18.   suku Kayu Tangi
19.   suku Dayak
20.   suku Tapin
21.   suku Amandit
22.   suku Labuhan Amas
23.   suku Alai
24.   suku Bukit
25.   suku Ritap



26.   suku Balanga
27.   suku Bajau
28.   suku Pasir
29.   suku Kapuas
30.   suku Mentebah
31.   suku Sembuluh
32.   suku Arut
33.   suku Bulik
34.   suku Batang Kana
35.   suku Balangtikan
36.   suku Ulang
37.   suku Lemandau
38.   suku Bentian
39.   suku Mendawai
40.   suku Murung
41.   suku Tebilun
42.   suku Lampeang/Balai
43.   suku Tungka Ngaju
44.   suku Taboyan Teweh
45.   suku Purrui
46.   suku Kuwing
47.   suku Pananyui
48.   suku Purung
49.   suku Lantu Ung
50.   suku Bawa Adeng
51.   suku Lalang
52.   suku Kali
53.   suku Bawa

B.      DAYA MAANYAN terbagi tujuh suku kecil
54.   1. suku Maanyan Pantai
55.   2. suku Maanyan Paku
56.   3. suku Maanyan Jangkung
57.   4. suku Maanyan Paju
58.   5. suku Paju Empat
59.   6. suku Maanyan Benua Lima
60.   7. suku Maanyan

C.     DAYA LAWANGAN terbagi dua puluh satu suku kecil
61.   1. suku Lawangan Karau
62.   2. suku Singa Rasi
63.   3. suku Paku
64.   4. suku Ayus
65.   5. suku Bawu
66.   6. suku Tabuyan Mantararan
67.   7. suku Malang
68.   8. suku Tabuyan Teweh
69.   9. suku Mangku Anam
70.   10. suku Nyumit
71.   11. suku Bantian
72.   12. suku Purui
73.   13. suku Tudung
74.   14. suku Leo Arak



75.   15. suku Bukit
76.   16. suku Mungku
77.   17. suku Benua
78.   18. suku Bayan
79.   19. suku Lemper
80.   20. suku Pauk
81.   21. suku Tungku Lawangan

D.     DAYA DUSUN terbagi atas delapan suku kecil
82.   1. suku Dusun Wito
83.   2. suku Dusun
84.   3. suku Bayan Tawan
85.   4. suku Kerawatan
86.   5. suku Bayan
87.   6. suku Dusun Malang
88.   7. suku Karamaun
89.   8. suku Dusun Daya

2.       DAYA APU KAYAN terbagi tiga bagian anak suku
a.       Daya Kenya
b.       Daya Kayan
c.       Daya Bakau

a.                   DAYA KENYA terbagi dua puluh empat suku kekeluargaan

90.            1. suku Kenya
91.            2. Suku Kenya Bauk
92.            3. Suku Lepo Payah
93.            4. Suku Uma Klap
94.            5. Suku Nyimbun Saban/Libun
95.            6. Suku Lepo Maut
96.            7. Suku Ma’Lang
97.            8. Suku Ma Alim
98.            9. Suku Lepo Ka
99.          10. Suku Ma Badang
100.            11. Suku Ulun Serau/Berau
101.            12. Suku Benuaq
102.            13. Suku Lepi Tau
103.            14. Suku Lepo Jalan
104.            15. Suku Lepo Bam
105.            16. Suku Lepo Aga
106.            17. Suku Lepo Tukang
107.            18. Suku Lepo Bakung
108.            19. Suku Lepo Kulit
109.            20. Suku Lepo Baka
110.            21. Suku Lepo Tepo
111.            22. Suku Lepo Lisan
112.            23. Suku Lepo Kayan
113.            24. Suku Ngure/Urik
b.       DAYA KAYAN terbagi sepuluh suku kekeluargaan
114.            1. Suku Uma Pliau
115.            2. Suku Uma Samuka
116.            3. Suku Uma Puh



117.            4. Suku Uma Paku
118.            5. Suku Uma Bawang
119.            6. Suku Uma Naving
120.            7. Suku Uma Lasung
121.            8. Suku Uma Daru
122.            9. Suku Uma Juman
123.            10. Suku Uma Leken


c.                   DAYA BAKAU terbagi dua puluh enam suku kekeluargaan
124.                        1. Suku Saputan
125.                        2. Suku Puihing
126.                        3. Suku Bakau Kayan
127.                        4. Suku Lang Glat
128.                        5. Suku Ma’Suling
129.                        6. Suku Lang Wai
130.                        7. Suku Uma Wai
131.                        8. Suku Huvang Ana
132.                        9. Suku Huvang Tering
133.                        10. Suku Segai
134.                        11. Suku Nadang
135.                        12. Suku Melarang
136.                        13. Suku Ba’Belur
137.                        14. Suku Ma’Lowang
138.                        15. Suku Uma Aging
139.                        16. Suku Uma Pagung
140.                        17. Suku Uma Bau/ Uban
141.                        18. Suku Uvang Dali
142.                        19. Suku Bakau
143.                        20. Suku Uvang Hurai
144.                        21. Suku Uvang Mekan
145.                        22. Suku Uvang Bo
146.                        23. Suku Uvang Sirap
147.                        24. Suku Uma Mehak
148.                        25. Suku Teliba
149.                        26. Suku Tanjung Linggang

3.       DAYA IBAN atau suku HEBAN – DAYA LAUT terbagi sebelas suku kekeluargaan
150.                        1. suku Balau
151.                        2. Suku Skrang
152.                        3. Suku Saribas
153.                        4. Suku Undup
154.                        5. Suku Kumpang/Ulu Kantuk
155.                        6. Suku Sabuyau
156.                        7. Suku Seru
157.                        8. Suku Empran
158.                        9. Suku Kanawit
159.                        10. Suku Katibas
160.                        11. Suku Gaat

4.       DAYA KLEMANTAN atau DAYA DARAT terbagi dua suku kecil dan empat puluh tujuh suku kekeluargaan


161.                        1. Suku Selakau
162.                        2. Suku Darat
163.                        3. Suku Klemantan
164.                        4. Suku Malok
165.                        5. Suku Sedu
166.                        6. Suku Kembayan
167.                        7. Suku Sengkeng
168.                        8. Suku Tawang
169.                        9. Suku Galih
170.                        10. Suku Ribun
171.                        11. Suku Punti
172.                        12. Suku Kaduku
173.                        13. Suku Pigugah
174.                        14. Suku Sakubang
175.                        15. Suku Sakujan
176.                        16. Suku Maulang
177.                        17. Suku Ayuh
178.                        18. Suku Penting
179.                        19. Suku Batang Tarang
180.                        20. Suku Manyuke
181.                        21. Suku Paranguawan
182.                        22. Suku Sareto
183.                        23. Suku Darit
184.                        24. Suku Deva
185.                        25. Suku Kuwalan
186.                        26. Suku Kancing
187.                        27. Suku Ketiyur
188.                        28. Suku Kenelas
189.                        29. Suku Taba
190.                        30. Suku Tebang
191.                        31. Suku Benawas
192.                        32. Suku Kerabat
193.                        33. Suku Sawai
194.                        34. Suku Jawan
195.                        35. Suku Taman
196.                        36. Suku Entukan
197.                        37. Suku Semerawai
198.                        38. Suku Mangkok
199.                        39. Suku Kuman/Koman
200.                        40. Suku Mahap
201.                        41. Suku Ulu Sekadau
202.                        42. Suku Tanjung
203.                        43. Suku Ambawang
204.                        44. Suku Sekilap
205.                        45. Suku Ipoh
206.                        46. Suku Siding
207.                        47. Suku Empatang

b. DAYA KETUNGGAU terbagi tiga puluh Sembilan suku kekeluargaan
208.            1. Suku Bandur
209.            2. Suku Tabun
210.            3. Suku Begelang
211.            4. Suku Demam



212.            5. Suku Senangkan
213.            6. Suku Rakawi
214.            7. Suku Malahui
215.            8. Suku Sekalau
216.            9. Suku Peturan
217.            10. Suku Bangun
218.            11. Suku Marakai
219.            12. Suku Marak
220.            13. Suku Laman Tawa
221.            14. Suku Laman Tuha
222.            15. Suku Kaluas
223.            16. Suku Kandau
224.            17. Suku Kelatan
225.            18. Suku Batu
226.            19. Suku Sandai
227.            20. Suku Bangkang
228.            21. Suku Lomandau
229.            22. Suku Delang
230.            23. Suku Batang Kawa
231.            24. Suku Bulik
232.            25. Suku Mamah Darat
233.            26. Suku Rukunu Guhung
234.            27. Suku Beah
235.            28. Suku Beginci
236.            29. Suku Krinu
237.            30. Suku Kayung
238.            31. Suku Lauh
239.            32. Suku Pesaguan
240.            33. Suku Jelai
241.            34. Suku Kendawangan
242.            35. Suku Tulak
243.            36. Suku Kecurapan
244.            37. Suku Kayu Bunga
245.            38. Suku Putatah
246.            39. Suku Melianau
5.       DAYA MURUT terbagi dua puluh delapan suku kekeluargaan dari tiga suku kecil,
Tiga suku kecil :
a.       Daya Murut
b.       Daya Idaan/Dusun
c.       Daya Tindung

a.       DAYA MURUT terbagi dua puluh delapan suku kekeluargaan
247.            1. Suku Murut
248.            2. Suku Bundu
249.            3. Suku Membakut
250.            4. Suku Parat
251.            5. Suku Putatah
252.            6. Suku Dalit
253.            7. Suku Peduan
254.            8. Suku Rundun
255.            9. Suku Kalur
256.            10. Suku Sepalut



257.            11. Suku Kun Daya
258.            12. Suku Tempasuh
259.            13. Suku Tambunan
260.            14. Suku Kaiau
261.            15. Suku Ranan
262.            16. Suku Marundu
263.            17. Suku Runggus
264.            18. Suku Dumpa
265.            19. Suku Miri
266.            20. Suku Tambunwa
267.            21. Suku Tenggasa
268.            22. Suku Tegas
269.            23. Suku Kanawit
270.            24. Suku Lelak
271.            25. Suku Sebap
272.            26. Suku Narun
273.            27. Suku Malanau
274.            28. Suku Dabugus/Ulun Dabugus
b.       DAYA IDAAN / SUKU DUSUN terbagi enam suku kekeluargaan
275.            1. Suku Bundu
276.            2. Suku Mambakut
277.            3. Suku Papar
278.            4. Suku Putetan
279.            5. Suku Tuaran
280.            6. Suku Tenggilan

c.       DAYA TIDUNG terbagi sepuluh suku kekeluargaan
281.            1. Suku Ulun Mentarang
282.            2. Suku Ulun Tubuh
283.            3. Suku Ulun Dayu
284.            4. Suku Ulun Putuh
285.            5. Suku Nilanatau Lang
286.            6. suku Ulun Kalabit
287.            7. Suku Adang
288.            8. Suku Saban
289.            9. Suku Keraian
290.            10. Suku Liban
6.       DAYA PUNAN terbagi empat suku kecil
a.                   Daya BASAP
b.                   Daya PUNAN
c.                   Daya AT
d.                   Daya BUKAT
a.       DAYA BASAP terbagi dua puluh suku kekeluargaan
291.            1. Suku Kinaru
292.            2. Suku Sagaba
293.            3. Suku Sambarukat
294.            4. Suku Birang
295.            5. Suku Bala
296.            6. Suku Mati
297.            7. Suku Malmau



298.            8. Suku Sidung
299.            9. Suku Lawanggi
300.            10. Suku Mangging
301.            11. Suku Makan Ulu
302.            12. Suku Malattan
303.            13. Suku Maning
304.            14. Suku Begungu
305.             15. Suku Suaran
306.            16. Suku Ulu Labu
307.            17. Suku Siagong
308.            18. Suku Long Gi
309.            19. Suku Malinau/ Punan Usun
310.            20. Suku Batu
b.       DAYA PUNAN terbagi dua puluh empat suku kekeluargaan
311.            1. Suku Busang
312.            2. Suku Long Wai
313.            3. Suku Aput
314.            4. Suku Baha
315.            5. Suku Lisium
316.            6. Suku Berusu
317.            7. Suku Semamu
318.            8. Suku Balalu
319.            9. Suku Are
320.            10. Suku Tubu
321.            11. suku Tukup
322.            12. Suku Alun
323.            13. Suku Sang
324.            14. Suku Benga
325.            15. Suku Nyibung
326.            16. Suku Sian
327.            17. Suku Lagat
328.            18. Suku Tinyar
329.            19. Suku Bungan
330.            20. Suku Keriau
331.            21. Suku Era
332.            22. Suku Mandai
333.            23. Suku Penyabung
334.            24. Suku Dulai

c.       DAYA AT terbagi lima suku kekeluargaan
335.            1. At Parai/At Pari
336.            2. AT Alang-alang
337.            3. AT Marikit
338.            4. AT Patih Tarukah
339.            5. AT Sia – Kaki Suku ini, merah seperti burung Siau TR.
7.       DAYA OT DANUM terbagi atas empat puluh satu suku kekeluargan
340.            1. Suku Lebang
341.            2. Suku Undan
342.            3. Suku Desa
343.            4. Suku Seberuang
344.            5. Suku Payah
345.            6. Suku Linuh



346.            7. Suku Linuh Pudau
347.            8. Suku Palan
348.            9. Suku Pandu
349.            10. Suku Rarai
350.            11. Suku Muntak
351.            12. Suku Silang
352.            13. Suku Jungkau
353.            14. Suku Lacur
354.            15. Suku At Danum
355.            16. Suku Panangkuwi
356.            17. Suku Nyangai
357.            18. Suku Asa
358.            19. Suku Banyau
359.            20. Suku Sehiei
360.            21. Suku Serawai Danum
361.            22. Suku Limbei
362.            23. Suku Ransa
363.            24.  Suku Kenyilu
364.            25. Suku Iban
365.            26. Suku Tahin
366.            27. Suku Kuhin
367.            28. Suku Pangin
368.            29. Suku Penanyui
369.            30. Suku Ellah
370.            31. Suku Kebosan
371.            32. Suku Keninjal
372.            33. Suku Tebidah
373.            34. Suku Ginih
374.            35. Suku Payah
375.            36. Suku Jampal
376.            37. Suku Kayan Danum
377.            38. Suku Nanga
378.            39. Suku Ulun Daan
379.            40. Suku Mentebah
380.            41. Suku Taman Danum
381.            42. Suku Taman Sibau
382.            43. Suku Mandai Suruk
383.            44. Suku Palin
384.            45. Suku Embaloh
385.            46. Suku Lauk
386.            47. Suku Kalis
387.            48. Suku Lebayan
388.            49. Suku Sebaung
389.            50. Suku Tawahui
390.            51. Suku Raham
391.            52. Suku Penanyari
392.            53. Suku Duhai
393.            54. Suku At Bunusu
394.            55. Suku Tahup
395.            56. Suku At Siang
396.            57. Suku Kalang Lupu
397.            58. Suku Jambung Jaman
398.            59. Suku Gunung Kambang
399.            60. Suku Nyahing Uhing



400.            61. Suku Babuat
401.            62. Suku Keramai berada di daerah Sanggau
402.            63. Suku Sarimbu terdapat di daerah Kab. Pontianak
403.            64. Suku Ketungau Ulu Kec. Sekadau
404.            65. Suku Kendayan di Daerah Kab. Pontianak
405.            66. Suku Sebarok di daerah Kab. Sintang

Keterangan :
Sekianlah Banyaknya Suku Daya yang menghuni daratan Pulau KALIMANTAN RAYA.
Sumber. Copyright : DAMANG – SAMPIT
Daya = dayak  e-mail : gerdayakjakarta@yahoo.com / gerdayajakarta@gmail.com
DISALIN OLEH :    Koordinator   “GERDAYAK GPDI JAKARTA”
 .